Ada sebuah kisah berbentuk perbualan yang menarik untuk kita renungi. Ia merupakan titipan nasihat dari seorang tua yang bijaksana kepada seorang muridnya yang menunjukkan sekeping gambar air batu.
Air batu yang sering membantu menghilang dahaga kala terik mentari menyengat di atas kepala. Terbayang dingin air yang mengalir dari bekas kaca, masuk ke mulut lantas sampai ke rongga tekak yang kering dek dahaga. Amat melegakan.
“Air batu ini jika dicampur dengan sirap, tentu akan menambah kesegaran sirap yang kita minum,” kata si tua yang bijaksana.
“Jika ditambah ke dalam air kelapa muda, tentu ia juga menambah kesegaran air kelapa muda kita. Pun, jika air batu ini ditambahkan ke dalam teh manis, atau dicampur dengan buah-buahan, ia pasti menambah ‘rasa’ yang nyaman. Walaupun, air batu itu akhirnya cair, namun ia telah melaksanakan fungsinya untuk menambah rasa dingin pada minuman. Ertinya air batu ini bermanfaat kepada manusia,”tambahnya lagi.
“Lalu, seandainya kita membiarkan air batu tersebut seperti dalam gambar ini, apakah air batu akan tetap seperti ini, atau akan mencair?” tanya si tua yang bijaksana cuba memancing.
“Tentulah air batu ini akan mencair,” ringkas jawapan si anak murid.
“Apakah pencairan air batu seperti ini sama manfaatnya jika dibandingkan dengan ketika kita mencairkannya ke dalam minuman?” soal si tua yang bijaksana lagi.
“Tidak. Kalau air batu ini kita campur dengan minuman dan kemudian mencair di dalamnya, ia akan menambah kesegaran pada minuman. Akan tetapi, jika ia dibiarkan mencair seperti ini, ia tidak menambah apa pun, selain hanya akan habis dalam jangka waktu yang tertentu,” balas si anak murid penuh yakin.
Si tua yang bijaksana menganggukkan kepala.
“Sekarang mari kita lihat ke dalam diri kita. Allah SWT mengurniakan kita umur dalam tempoh tertentu agar kita menjalani kewajipan selaku hamba-Nya, dan umur yang diberikan Allah adalah seumpama air batu ini.
Setiap saat ia akan mencair. Setiap detik, ia semakin berkurang. Setiap minit, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, bulan dan tahun yang kita lalui. Hakikatnya, ia mengurangi jangka hidup kita di dunia ini, persis umpama lelehan air batu ini,” kata si tua yang bijaksana.
Si anak murid baru tersedar dari ungkapan terakhir gurunya, bahawa umur manusia akan berkurang setiap waktu dan ketika. Pantas dia meneliti kembali kepada gambar air batu yang diambilnya tadi.
“Justeru, kalau kita menggunakan umur kita untuk beribadah kepada Allah, tentu kita akan mendapatkan pahala di sisi-Nya. Begitu juga, kalau kita memanfaatkan umur kita untuk menuntut ilmu, InsyaAllah ilmu dan pengetahuan kita akan bertambah. Pun ketika kita menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat, maka umur kita akan memberikan manfaat bagi kita, sebelum akhirnya jangka hayat umur kita itu sampai ke penghujung.
“Sebaliknya, andai kita hanya tidur seharian, hal itu sama sekali tidak akan menambah tempoh umur kita, bahkan ia tetap akan berkurang. Atau andai kita menggunakan umur sekadar untuk berfoya-foya, untuk bermalas-malasan, umur kita tetap akan berakhir sebagaimana mencairnya air batu ini. Ia tidak memberi manfaat apa pun kecuali kerugian,” tambah si tua yang bijaksana.
“Ya, benar. Air batu ini kalau dibiarkan cair sia-sia, lebih baik ia diguna kerana terasa nikmatnya. Demikian juga umur manusia. Andai dipakai untuk ibadah ia akan berkurang, tapi beroleh pahala, sementara jika diguna untuk melakukan maksiat dan kejahatan, pun ia akan habis juga, tetapi hanya menambah dosa,” celah si anak murid, mulai memahami apa yang dimaksudkan oleh gurunya.
sumber : Ummu Husna
Air batu yang sering membantu menghilang dahaga kala terik mentari menyengat di atas kepala. Terbayang dingin air yang mengalir dari bekas kaca, masuk ke mulut lantas sampai ke rongga tekak yang kering dek dahaga. Amat melegakan.
“Air batu ini jika dicampur dengan sirap, tentu akan menambah kesegaran sirap yang kita minum,” kata si tua yang bijaksana.
“Jika ditambah ke dalam air kelapa muda, tentu ia juga menambah kesegaran air kelapa muda kita. Pun, jika air batu ini ditambahkan ke dalam teh manis, atau dicampur dengan buah-buahan, ia pasti menambah ‘rasa’ yang nyaman. Walaupun, air batu itu akhirnya cair, namun ia telah melaksanakan fungsinya untuk menambah rasa dingin pada minuman. Ertinya air batu ini bermanfaat kepada manusia,”tambahnya lagi.
“Lalu, seandainya kita membiarkan air batu tersebut seperti dalam gambar ini, apakah air batu akan tetap seperti ini, atau akan mencair?” tanya si tua yang bijaksana cuba memancing.
“Tentulah air batu ini akan mencair,” ringkas jawapan si anak murid.
“Apakah pencairan air batu seperti ini sama manfaatnya jika dibandingkan dengan ketika kita mencairkannya ke dalam minuman?” soal si tua yang bijaksana lagi.
“Tidak. Kalau air batu ini kita campur dengan minuman dan kemudian mencair di dalamnya, ia akan menambah kesegaran pada minuman. Akan tetapi, jika ia dibiarkan mencair seperti ini, ia tidak menambah apa pun, selain hanya akan habis dalam jangka waktu yang tertentu,” balas si anak murid penuh yakin.
Si tua yang bijaksana menganggukkan kepala.
“Sekarang mari kita lihat ke dalam diri kita. Allah SWT mengurniakan kita umur dalam tempoh tertentu agar kita menjalani kewajipan selaku hamba-Nya, dan umur yang diberikan Allah adalah seumpama air batu ini.
Setiap saat ia akan mencair. Setiap detik, ia semakin berkurang. Setiap minit, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, bulan dan tahun yang kita lalui. Hakikatnya, ia mengurangi jangka hidup kita di dunia ini, persis umpama lelehan air batu ini,” kata si tua yang bijaksana.
Si anak murid baru tersedar dari ungkapan terakhir gurunya, bahawa umur manusia akan berkurang setiap waktu dan ketika. Pantas dia meneliti kembali kepada gambar air batu yang diambilnya tadi.
“Justeru, kalau kita menggunakan umur kita untuk beribadah kepada Allah, tentu kita akan mendapatkan pahala di sisi-Nya. Begitu juga, kalau kita memanfaatkan umur kita untuk menuntut ilmu, InsyaAllah ilmu dan pengetahuan kita akan bertambah. Pun ketika kita menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat, maka umur kita akan memberikan manfaat bagi kita, sebelum akhirnya jangka hayat umur kita itu sampai ke penghujung.
“Sebaliknya, andai kita hanya tidur seharian, hal itu sama sekali tidak akan menambah tempoh umur kita, bahkan ia tetap akan berkurang. Atau andai kita menggunakan umur sekadar untuk berfoya-foya, untuk bermalas-malasan, umur kita tetap akan berakhir sebagaimana mencairnya air batu ini. Ia tidak memberi manfaat apa pun kecuali kerugian,” tambah si tua yang bijaksana.
“Ya, benar. Air batu ini kalau dibiarkan cair sia-sia, lebih baik ia diguna kerana terasa nikmatnya. Demikian juga umur manusia. Andai dipakai untuk ibadah ia akan berkurang, tapi beroleh pahala, sementara jika diguna untuk melakukan maksiat dan kejahatan, pun ia akan habis juga, tetapi hanya menambah dosa,” celah si anak murid, mulai memahami apa yang dimaksudkan oleh gurunya.
sumber : Ummu Husna
0 comments:
Post a Comment