22 Tanda Iman Anda Sedang Lemah

Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah.

Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini.

Tanda-tanda tersebut adalah:

1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.
Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, "Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan,sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, 'Hai fulan, tadimalam aku telah berbuat begini dan begini,' padahal sebelum itu Rabb-nyatelah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya." (Bukhari, 10/486)

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang di saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman." (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor86)

2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini,
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (Al-Baqarah:74)

3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur'an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja.Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah!
Rasulullah saw. berkata, "Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main." (Tirmidzi, hadits nomor 3479)4. 
Ketika Anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum'at dan lebih suka barisan shalat yangpaling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah,
Rasulullah saw. bersabda,"Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka."(Abu Daud, hadits nomor 679)
Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. "Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas."Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.

5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah,
Rasulullah saw. berkata, "Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati."(As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur'an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membacaAl-Qur'an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang samamelalaikan isinya. Ketahuilah,
Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (Al-Anfal:2)
7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Andamenangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya,
"Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali." (An-Nisa:142)
8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali.Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda,
"Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya." (Abu Daud, hadits nomor 4345).
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, "Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup,maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman." (Bukhari,hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget! Allah berfirman,
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman:18)
Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji,
"Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya." (Bukhari, haditsnomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321) 
Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini,
"Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir." (Bukhari, nomor 6729) 
"Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hari kiamat, kecuali orang yang adil." (Shahihul Jami, 1420). 

Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, "
Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan 'Laa ilaahaillallah', dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yangmengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan." (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50) 
"Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?" tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, "Ya." Rasulullah saw. bersabda, "Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong." (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw.ini,
"Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya." (Shahihul Jami', 2678)
11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu.
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat." (Ash-Shaff:2-3)
Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.

12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal. Ingatlah! Kata Rasulullah saw,
"Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, iamenghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain." (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352) 

Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw.,
"Orang Islam yang manakah yang paling baik?" Rasulullah saw. menjawab, "Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya." (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim,hadits nomor 57)
13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda,
"Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya." (Muslim, hadits nomor 1599) 
Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, "Gak apa. Inikan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!" Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.

14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw.,
"Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air diembermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya." (Silsilah Shahihah, nomor 1352) 
Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, "
Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan darij alan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, danbarangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga." (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini,
"Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala." (Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda.
"Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza waJalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya," begitu sabdaRasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah." (Ash-Shaff:14)18. 
Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji." (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil.
"Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itumenjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya." (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku.
"Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan."(Shahihul Jami', nomor 5633)
20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah,
"Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir." (Muslim)
21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda. Bukankah Allah swt. telah berfirman, "
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik(benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia'."(Al-Israa':53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman.
"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata: 'Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.'" (Al-Qashash:55) 
Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam." (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup. Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini,
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-A'raf:31). 
Bahkan, Allah swt.menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karenaitu Allah memerintahkan kita untuk,
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan(hartamu) secara boros." (Al-Isra':26) 
Rasulullah saw. bersabda, "Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah." (Al-SilsilahAl-Shahihah, nomor 353).

sumber : http://mujitrisno.multiply.com/journal/item/405/22_Tanda_Iman_Anda_Sedang_Lemah

[+/-] Read more...

Kita Berhutang dgn Orang Palestin

[+/-] Read more...

Engkau ingin berjuang?




Engkau ingin berjuang, tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan.
Engkau ingin berjuang, tapi tidak begitu setia kawan,
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban,
Engkau ingin berjuang, tapi ingin jadi pemimpin,
Engkau ingin berjuang, menjadi pengikut agak segan.
Engkau ingin berjuang, tolak ansur tidak engkau amalkan,
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup terima cabaran,
Engkau ingin berjuang, kesihatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan.
Engkau ingin berjuang, masa tidak sanggup engkau luangkan,
Engkau ingin berjuang, kerenah isteri tidak kau tahan,
Engkau ingin berjuang, rumah tangga lintang pukang,
Engkau ingin berjuang, diri engkau tidak engkau tingkatkan.
Engkau ingin berjuang, disiplin diri engkau abaikan,
Engkau ingin berjuang, janji kurang engkau tunaikan,
Engkau ingin berjuang, kasih sayang engkau cuaikan,
Engkau ingin berjuang, tetamu engkau abaikan.
Engkau ingin berjuang, anak isteri engkau lupakan,
Engkau ingin berjuang, ilmu berjuang engkau tinggalkan,
Engkau ingin berjuang, kekasaran dan kekerasan engkau amalkan.
Engkau ingin berjuang, rasa bertuhan engkau abaikan,
Engkau ingin berjuang, iman dan taqwa engkau lupakan,
Yang sebenarnya, apa yang engkau hendak perjuangkan?

[+/-] Read more...

Dunia mengejar kita...

Assalamualaikum..

Lama blog ini tidak berupdate. Maafkan diri ini yang hanyut dibuai dunia. Ya, semakin kita cuba lari jauh dari dunia, semakin kuat dunia mengejar kita. Sehingga akhirnya kita tersungkur dan sibuk pula mengejar dunia. semakin dikejar semakin banyak perasaan merasakan ketidakcukupan. Lalu, kita terus berkejar. Lalu, jadilah kita robot yang tidak berguna.

Hidup sekadar memenuhi keperluan hidup, mencari makan dan pakai kemudian habis begitu sahaja. hari-hari yang mendatang berulang tanpa makna. sehingga menghasilkan lesu dan akhirnya mati begitu sahaja.

Apa beza kita dengan mereka yang bukan Islam jika begitu? Adakah sewenang-wenangnya kita canangkan syurga untuk kita sedangkan cara hidup kita tiada beza dengan mereka. Oh, mungkin kita peruntukkan masa sejam sehari untuk beribadat kepadaNya. kadang-kala kurang kerana mengejar masa. Solat pun sekadar tunggang-tonggek tanpa makna. Kadang-kala pula sengaja memanjangkan solat. mengikut mood sesuka hati.

Lalu, layakkah kita mengaku kita mampu masuk syurga? Jika demikian, alangkah mudahnya masuk syurga. tak perlu bersungguh-sungguh. cukup sekadar semampunya. sedangkan bukankah syurga Allah itu sangat mahal harganya. Bukankah para sahabat berjuang bermatian-matian menegakkan Islam untuk mendapatkan syurga dan cinta Allah. Semurah itukah kita mempersendakan syurga Allah? Astaghfirullah...

Ya Allah, peliharalah hati-hati kami. Kuatkanlah iman kami di jalan Mu, Ya Allah. Janganlah Kau jauhkan kami yang lemah dan hina ini daripadaMu.

[+/-] Read more...

Meraih Cinta Allah

Setiap orang pasti menginginkan agar Allah mencintainya dan berharap agar kasih sayang Allah menyentuh sanubarinya.

Cinta Allah sentiasa :

  1. Didambakan.
  2. Dirindui.
  3. Dinantikan.
  4. Ditunggu.
oleh orang-orang yang beriman di setiap tarikan nafas dan jejak jiwa mereka kerana cinta Allah adalah segala-galanya bagi mereka bahkan cinta Allah itu lebih mereka harap dan rindukan  daripada syurga.

Namun siapakah manusia yang akan mendapatkan limpahan cinta Allah?

Siapakah manusia yang akan menarik cinta Allah secara langsung bagi mendapatkan jaminan dari firman-firmanNya?

Begitu banyak firman-firman Allah dalam Al-Qur'an dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menceritakan jenis manusia-manusia yang Dia cinta.

PERTAMA : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG BERBUAT BAIK DAN KEBAJIKAN (MUHSININ).
Allah mencintai para pelaku ihsan (muhsinin) kerana ihsan adalah jantung keimanan, ruh dan kesempurnaannya. Dia adalah kemuncak ketinggian agama dan merupakan setinggi-tinggi akhlak para solihin.

Di dalamnya :
  1. Terhimpun semua kecantikan akhlak seorang hamba.
  2. Terangkum semua cahaya etika seorang hamba.
Para muhsinin yang Allah cinta adalah mereka yang menunaikan ibadah mereka dengan penuh kerendahan hati dan dalam tingkatan yang paling sempurna, bebas dari riya' dan sikap mempamerkan yang sering membelit dan mengganggu para pelaku ibadah.

Mereka adalah orang yang :
  1. Dalam dadanya dipenuhi keimanan kepada Allah secara sempurna.
  2. Beribadah tanpa mengharapkan ganjaran.
  3. Mengabdi tiada henti.
  4. Tangannya sentiasa ringan untuk melepaskan kebaikan.
  5. Organ tubuhnya tertutup dari dosa-dosa yang menghancurkan.
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, kerana sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS Al-Baqarah : 195)


Dari tangan mereka mengalir kebaikan dan dalam fikiran mereka terancang kebajikan.
Maka Allah mencintai mereka sebagai imbalan ke atas kebaikan-kebaikan mereka kerana Allah adalah Zat Yang Muhsin (Maha Baik) dan Dia mencintai kebaikan.
"Sesungguhnya Allah itu Muhsin dan sangat mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
(Hadis dari Shahih Al-Jami' al-Shaghir)


Dalam diri seorang yang muhsin :
  1. Kebaikan sentiasa melimpah.
  2. Kemarahan sangat minimum adanya.
  3. Keangkuhan tidak mendapatkan tempatnya.
  4. Ketamakan menemui kuburannya.
  5. Kedengkian tidak lagi mampu bersemi di hatinya.
  6. Kezaliman digantikan dengan keadilan.
  7. Kemaafan menjadi mahkota hidupnya.
  8. Kejujuran menyinari lorong-lorong sejarahnya.
  9. Amanah melekat kukuh pada dinding-dinding jiwanya.
  10. Peribadinya sedemikian indah dengan dimensi keindahan yang tiada tara.
Maka adalah sangat wajar jika Yang Maha Pengasih mencintainya.

KEDUA : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA (MUTTAQIN).
Orang-orang yang bertakwa adalah :
  1. Manusia-manusia yang bersiap siaga untuk menerima perintah Allah dan menjauhi semua larangan-laranganNya.
  2. Hatinya adalah hati yang hidup dan bergetar apabila nama Allah bergema.
  3. Bulu romanya berdiri apabila ayat-ayat Allah menyelinap ke relung jiwanya.
Menurut Saidina Ali, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang :
  1. Takut pada yang Maha Kuasa.
  2. Mengamalkan peraturan-peraturan Al-Quran yang diturunkan.
  3. Rela dengan apa yang ada.
  4. Sentiasa bersiap siaga untuk sebuah perjalanan yang pasti.
Orang-orang yang bertakwa sentiasa menatap syurga dengan mata hatinya dan menghindari neraka dengan emosi rasa takutnya kepada Allah serta jiwanya berselimutkan pengharapan kepada Allah swt.

Sebagaimana kata-kata Ubay bin Ka'ab kepada Umar al Khattab mengenai takwa itu :

"Tidakkah engkau pernah melalui jalan yang penuh onak dan duri?
Umar berkata : Ya!

Lalu apa yang kamu lakukan? Kata Ubay.

Aku berjalan berjingkit-jingkit dan aku berusaha untuk menghindarinya! Balas Umar.

Itulah takwa, jelas Ubay."

Orang yang bertakwa sentiasa siap siaga setiap waktu dan ketika. Bersedia untuk diperintah oleh Allah dan bersedia pula untuk menghadapNya. Maka merekapun mendapatkan jaminan syurga sebagaimana firman Allah swt :
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa."
(QS Al-Qamar : 54-55)


Ketakwaan itu bersarang di dada seorang hamba dan hanya Allah yang tahu kadar takwa dalam hati seorang hamba dan akan terpantul dalam kehidupan manusia setiap harinya.

KETIGA : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG BERTAWAKKAL (MUTAWAKKILIN).

Orang-orang yang bertawakkal akan mendapat bahagian cinta yang sama dari Allah kerana mereka sentiasa menampakkan ketidakberdayaannya di depan Yang Maha Berkuasa.

Orang-orang yang bertawakkal adalah mereka yang :
  1. Menggantungkan diri mereka hanya pada Allah.
  2. Sangat mengerti tentang Tuhan dan sifat-sifatNya.
  3. Mengerti tentang sebab dan akibat.
  4. Hatinya berakar kukuh dalam lipatan pohon tauhid.
  5. Menyerah diri kepada Allah.
  6. Redha dengan semua kehendak Allah.
Tawakkal adalah stesen orang-orang yang sentiasa mendekatkan diri kepada Allah (muqarrabin). Seluruh urusannya dia serahkan kepada Allah dan sentiasa mengikuti sunnah-sunnah RasulNya dengan mengambil sebab-sebab yang dapat menghantarkannya mendekati Allah swt.

Allah menyukai dan mencintai mereka kerana mereka :
  1. Merendah diri di hadapan kekuasaanNya.
  2. Sering merintih di hadapan kasih sayangNya.
Segala cadangan-cadangan projek kehidupannya dia ajukan hanya kepada Allah dan dia sangat yakin bahwa Yang Maha Kuasa tidak akan pernah menolak keperluannya.

Allah swt berfirman mengenai mereka :
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya."
(QS Ali Imran : 195)

KEEMPAT : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG SABAR (SHABIRIN).
Berbagai kesabaran diperlukan di dalam kehidupan yang penuh cabaran dan dugaan ini.
  1. Sabar menghadapi ujian dunia.
  2. Sabar menghadapi kepedihan-kepedihan.
  3. Sabar dalam berjihad.
  4. Sabar dalam sulitnya beribadah.
  5. Sabar dalam meninggalkan maksiat dan menentang syahwat.
  6. Sabar dalam memusuhi hawa nafsunya dan menentang bisikan syaitan.
Ketika sakit, yang muncul adalah sifat sabarnya.
Ketika dicela, kesabarannya memancar dari aksinya.
Musibah tidak mengganggu kesolehannya manakala ucapan yang terlontar di saat mendapatkan musibah ialah : "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'uun".

Kesabaran juga terpancar di saat melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar untuk mencapai puncak kedudukan terbaik di sisi Allah swt.

Allah swt berfirman :

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar."
(QS Ali Imran : 146)
KELIMA : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG SENTIASA MENGIKUTI JEJAK RASULNYA.
KEENAM : ALLAH MENCINTAI MEREKA YANG BERPERANG DENGAN IKHLAS DI JALAN ALLAH.

KETUJUH : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG RENDAH HATI DI HADAPAN ORANG-ORANG BERIMAN DAN MEMPUNYAI HARGA DIRI DI HADAPAN ORANG-ORANG KAFIR.
KELAPAN : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG BERLAKU ADIL (MUQSITHIN).
Sebagaimana firman Allah swt :

"Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS Al-Maidah : 42)
KESEMBILAN : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG SENTIASA BERTAUBAT (TAWWABIN) DAN MENYUCIKAN JIWA DAN RAGA MEREKA DARI DOSA-DOSA (MUTATOHHIRIN).
Sebagaimana firman Allah swt :


"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS Al-Baqarah : 222)

KESEPULUH : ALLAH MENCINTAI ORANG-ORANG YANG SERING MELAKUKAN AMALAN-AMALAN NAWAFIL (SUNAT).
Mereka melakukan sedemikian sebagai usaha bagi memperbanyakkan tabungan akhirat mereka setelah dengan penuh semangat dan bertenaga menunaikan perkara-perkara yang fardhu. Solat-solat sunat menjadi ritma kehidupannya manakala puasa-puasa sunnah menghiasi jejak langkahnya.

KESEBELAS : ALLAH MENCINTAI MANUSIA YANG PALING BERMANFAAT KEPADA MANUSIA LAIN.
  1. Dia pemurah pada sesama muslim saudaranya.
  2. Peramah pada jiran tetangganya.
  3. Empati pada penderitaan orang lain.
  4. Simpati pada orang-orang tidak berdaya.
Agenda hidupnya adalah :
"Berguna untuk sesama manusia".
Rasulullah saw menyatakan dengan sangat jelas dan terang bahwa hamba yang paling Allah suka adalah manusia yang paling baik akhlaknya sebagaimana dalam hadits berikut :


"Hamba yang paling Allah suka di sisi-Nya adalah yang paling baik akhlaknya." (Hadits dari Shahih al-Jami' al-Shaghir)
Selain dari manusia-manusia di atas, Mukmin yang kuat juga termasuk yang Allah pandang lebih baik dan lebih Allah cintai daripada orang seorang mukmin yang lemah.

Begitu juga para penghidup malam dengan ibadah termasuk yang Allah cinta.

Sebenarnya masih banyak lagi manusia-manusia yang akan mendapat limpahan kasih dan cinta Allah swt dan setiap kita memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkannya.

Kita memerlukan semangat yang lebih untuk memburu cintaNya kerana cintaNya tidak akan diberikan secara percuma kepada kita.

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mendapat cinta dan kasih sayangMu sehingga segala usaha dan amalan kami dalam kehidupan ini akan mendapat limpahan rahmat dan keberkatan dariMu serta kami memohon untuk mendapat ganjaran yang mulia di sisiMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

[+/-] Read more...

Merealisasikan Misi Dakwah

Manusia di muka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti iaitu misi yang merupakan tujuan asasi di mana ia diciptakan di atasnya.

Ada tiga (3) misi yang bersifat "Pemberian dari Allah" yang mesti dipikul oleh manusia :

1. Misi utama untuk beribadah.

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu". (QS Az-Zariaat : 56)

2. Misi fungsi sebagai khalifah.

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah : 30)

3. Misi pengoperasian untuk memakmurkan bumi Allah.

"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, kerana itu mohonlah ampunanNya, kemudian bertaubatlah kepadaNya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS Hud : 61)

Namun keberlangsungan dan kelestarian misi ini hanya akan dapat direalisasikan secara benar apabila manusia mahu mendengar dan mentaati risalah yang di bawa oleh para Rasul.

Namun secara haikikinya, tidak semua manusia mengikuti dan menerima seruan para Rasul, bahkan sebahagian besar dari manusia ini mendustakan dan mengingkari risalah Ilahiyah yang dibawa oleh mereka.

Allah swt berfirman :

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): `Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah Thaghut itu', maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS An-Nahl: 36)

Maka, manusia yang mampu menterjemahkan tiga misi tersebut ke dalam bahasa :

a. Lisan.
b. Sikap.
c. Tindakan.

adalah manusia yang beriman kepada Allah swt.

Manusia yang sentiasa menyahut seruan dan perancangan rabbani dengan hanya mengucapkan kalimat ini :

"sami'naa wa atho'naa" iaitu "kami dengar dan kami taat".

Inilah syi'ar kehidupan manusia qur'ani dan rabbani iaitu hamba-hamba Allah yang akan dijanjikan kepada mereka "kekuasaan" di bumiNya.

Allah swt berfirman :

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS An-Nur : 51)

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik." (QS An-Nur : 55)

Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita boleh membuat kesimpulan bahwa umat Islamlah yang diberi beban amanah Ilahiyah dan yang sanggup melaksanakannya dalam seluruh dimensi kehidupan.

Maka umat Islamlah yang sepatutnya :


1. Memimpin dunia.
2. Berkewajiban mengajarkan manusia tentang sistem ilahiah.
3. Membimbing manusia untuk melakukan penerapan sistem Islam dalam kehidupan secara sepenuhnya sehingga mereka benar-benar mampu keluar dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam.

Renungkan apa yang telah dikatakan oleh seorang Panglima tentera Islam, Rub'ie bin Amir kepada Rustum, panglima Parsi dalam perang Qadisiyah, ketika ia bertanya :

"Gerangan apakah yang membuatkan Kamu datang ke negeri kami?"

Lalu ia menjawab dengan kalimat ini :

"Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia yang dikehendakiNya dari penghambaan hamba menuju pengabdian kepada Allah semata-mata, dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat dan dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam."

Oleh kerana itu, tugas ini bukanlah tugas yang ringan dan bersifat juzi'yyah atau sampingan tanpa disusuli dengan usaha-usaha yang maksima.

Namun tugas atau dakwah ini merupakan urusan yang besar dan agung iaitu urusan yang berkaitan dengan :

a. Pembentukan Syakshiah Islamiyah.
b. Kelestarian sistem-sistem Ilahiyah.
c. Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Sayyid Qutb mengatakan dalam tafsirnya Fii Zhilaalil Qur'an :

"Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuatkan orang gementar, maka ia tidak mampu melaksanakan secara berterusan kecuali atas pertolongan Allah. Ia tidak akan mampu memikul dakwah kecuali atas bantuan Allah swt dan tidak akan mampu teguh di atasnya kecuali dengan keikhlasan padaNya. Orang yang berada di jalan ini siangnya berpuasa, malamnya qiyam (solat) dan ucapannya penuh dengan zikir. Sungguh hidup dan matinya hanya untuk Allah Rabbal Alamin, yang tiada sekutu bagiNya."

Bagi menjayakan amanah yang agung ini, diperlukan manusia-manusia yang memiliki:

1. Iman yang kuat.
2. Keikhlasan yang tidak dicemari hawa nafsu.
3. Semangat yang membara.
4. Pengorbanan.
5. Amal yang berterusan.

sehingga nilai-nilai kebenaran Islam yang terdapat dalam kafilah dakwah benar-benar direalisasikan dan dapat dirasakan oleh semua manusia.

Imam Hasan Al-Banna dalam "Risalah kepada pemuda" berkata :

"Sungguh, fikrah ini boleh berjaya apabila ada iman yang kuat, keikhlasan yang penuh di jalannya, semangat yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan pengorbanan dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir empat tiang penyangga ini (iman, ikhlas, semangat dan amal) merupakan karakteristik bagi para pemuda. Ini adalah kerana :

a. Asas keimanan adalah nurani yang menyala.
b. Asas keikhlasan adalah hati yang bertaqwa.
c. Asas semangat adalah perasaan yang menggelora.
d. Asas amal adalah kemahuan yang kuat."

sumber : email

[+/-] Read more...

Never give up

Assalamualaikum,

Iman ada pasang surutnya. Begitu juga dakwah.

Dulu mungkin tempat yang kita diami dipenuhi oleh ikhwah akhawat yang hebat. Kerja menjadi mudah. Dakwah mendapat sambutan. Biah solehah terbentuk hasil gerak kerja bersama. Taklah pening kepala sangat melihat orang sekeliling.

Sekarang mereka sudah berpindah ke tempat-tempat lain. Bertukar medan. Mensuburkan tarbiyah di kawasan-kawasan baru. Dan kita ditinggalkan keseorangan di medan ini.

Medan yang dulunya subur dengan tarbiyah.
Medan yang sudah mampu melemaskan atau melenyapkan terus suasana jahiliyah.

Melihat keadaan ini, bukan sedikit duat yang berasa sempit dan lemah. Apalagi melihat suasana masyarakat yang semakin teruk berbanding dahulu. Apabila melihat tenaga kerja yang ada seakan-akan tidak mampu untuk melawan arus jahiliyah yang semakin kuat.

Apatah lagi, apabila ada antara kita yang sudah berasa penat dan bosan. Ada juga yang hanyut terus dengan nikmat-nikmat yang dikurniakan oleh ALLAH. Nikmat bertukar menjadi ujian yang menfuturkan.

Bukan sahaja futur, malah gugur terus dari jalan ini. Astaghfirullah. Semoga ALLAH lindungi kita semua!

Dan tinggallah kita keseorangan…

Sedih melihat masyarakat. Bertambah sedih melihat rakan seperjuangan membuat keputusan meninggalkan kita. Meninggalkan kerja dan cita-cita kita yang dahulunya diperjuangkan bersama.

Ikhwah dan akhawat…

Kita tidak keseorangan! Dan kita juga bukan yang pertama merasainya!

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan ALLAH, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). ALLAH menyukai orang-orang yang sabar.” - Ali Imran, ayat 146

Masih ingatkan kita zaman di mana ramai antara kita yang hanyut di lapangan? Menyantuni masyarakat sehingga lupa mencetak murabbi-murabbi baru. Ada yang dengan rasa tidak bersalah mampu berkata..

“Saya sudah setahun tidak hadir ke liqa’ pertemuan kita”

Lalu ada segelintir antara kita yang bangkit membetulkan inhiraf ini. Mentajmik dan mentakwin. Menanggung tanggungjawab dakwah yang luar biasa berat bebannya.

Maka tarbiyah pun hidup. Menjadi majoriti di banyak tempat.

Suatu masa dulu Salahuddin Al-Ayubi juga pernah merasai perkara yang sama. Khalifah menolak untuk mengisytiharkan jihad untuk mendapatkan kembali Al-Aqsa. Tapi beliau tidak berputus asa dan berusaha sendiri mengumpulkan jiwa-jiwa yang masih mampu digerakkan untuk islam.

Umar Abdul Aziz juga pernah merasai perkara yang sama. Di saat “kegemilangan” zaman Umayyah yang gah dengan kawasan takluk yang luas, umat sudah mula melupakan dakwah dan jihad dalam kehidupan seharian mereka. Dan beliaulah yang membetulkan balik keadaan, bekerja keras mensuburkan tarbiyah di dalam jiwa-jiwa umat islam pada ketika itu.

Abu Bakar As-Siddiq juga pernah merasainya di saat ramai umat islam murtad dan membuat kelompok sendiri yang memerangi islam. Bukan sedikit jumlahnya. Lalu beliau yang berazam untuk menggempur musuh-musuh islam walaupun keseorangan. Kerana pada ketika itu ramai antara kita yang lemah semangat dan tidak yakin dengan kemenangan.

Ikhwah dan akhawat…

Bagaimana dengan kita?

KEHEBATAN dan JATIDIRI kita adalah bukan ketika kita dikelilingi ikhwah akhawat yang ramai. Bukan ketika tabung dakwah kita cukup dan selesa menampung keperluan dakwah kita.

Kehebatan sebenar kita adalah ketika binaan kita satu persatu lari meninggalkan kita. Malah sudah ada antara mereka yang mencemuh dan menjadi penghasut!

Ketika “orang kuat” kita yang suatu ketika dahulu sanggup berkorban apa saja, satu persatu lari meninggalkan dakwah ini.

Ketika mereka sudah tidak mahu menjawab panggilan telefon kita lagi.
Ketika wang kita sudah tiada lagi sehingga terpaksa berhutang.
Ketika ramai antara mereka yang mengasingkan dan memulaukan kita.

Tapi…

Pada saat itu, adakah kita masih lagi boleh bangkit dan berkata..

AKU MANUSIA LUAR BIASA…….!!!!!!
ISLAM PASTI MENANG DENGAN TANGAN-TANGAN KITA…….!!!!!!

Pada saat itu, adakah kita masih lagi boleh bangkit dan meneruskan perjuangan dan berkata “Never Give Up!”

Kali pertama di dalam perjuangan dan terus berjaya, itu satu perkara yang ku anggap seperti “kebiasaan” dan yang pastinya kita TIDAK dapat belajar sesuatu yang menarik dari pengalaman kejayaan yang mudah sebegitu rupa.

Kejayaan sebenar ialah di saat kita jatuh “terduduk” dan “terpelosok”. Tetapi kita masih sanggup dan mampu bangkit kembali. Sanggup bersabar membetulkan keadaan dan bermula dari bawah serta boleh menerima kenyataan hidup dan bermula sekali lagi.

One more time!
One more time!
One more time!

Jika semua orang di antara kita mampu menjadi sebegini…. Wow! Tak dapat ku bayangkan hasil dakwah yang dapat kita kutip dalam beberapa tahun yang mendatang. Kita pasti akan menggapai cita-cita kita dalam masa yang singkat.

Inilah kehebatan sejati..

Jika kita ditakdirkan jatuh lagi, kita masih mampu lagi berkata …

One more time!
One more time!
One more time!

Cabarlah diri kita untuk jatuh berkali-kali…
Pasti setiap kali kita jatuh…

KITA PASTI AKAN BANGKIT KEMBALI!

Selamat berjuang untuk gagal…

Gagal…
Gagal…

Dan BERJAYA!

Akhi wa ukhti…. kau tidak keseorangan. ALLAH sentiasa bersamamu! Dan kita sentiasa saling mendoakan pagi dan petang di dalam zikir-zikir kita.

Jadilah seperti Umar yang suatu hari pernah berkata…

“Jika ada seribu orang muhajid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada seratus orang mujahid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada sepuluh orang mujahid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada satu orang muhajid berjuang di garis depan, itulah aku!”

“… janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah sentiasa bersama kita..” - Surah At-taubah, ayat 40

sumber : http://amiruddin86.blog.friendster.com/2010/10/never-give-up/

[+/-] Read more...

Pengangguran dalam dakwah

Assalamualaikum...

Syeikh Muhammad Al Ghazali pernah berkata :

"Dalam suasana pengangguran, akan :
a. Terlahir ribuan keburukan.
b. Menetas berbagai bakteria yang membinasakan.

Jika kerja merupakan denyutan kehidupan, maka para penganggur adalah orang-orang yang mati.

Jika dunia ini merupakan kesan dari tanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang paling sesuai dikumpulkan dalam keadaan muflis, tidak ada hasil bagi mereka selain kehancuran dan kerugian."

Ada berbagai penyakit "tarbawi" yang sangat berbahaya di mana jika ia tersebar dalam barisan dakwah dan mendapatkan tempat dalam jiwa anggotanya, maka sudah pasti yang berlaku adalah:
1. Kemerosotan.
2. Keguguran.
3. Menarik diri.
4. Meninggalkan kancah dakwah secara diam-diam.
5. Muflis dalam erti yang luas dan menyeluruh.

Di antara penyakit tersebut dan yang utamanya adalah :
1. Pengangguran dari dakwah.
2. Kemalasan berharakah.
3. Kelemahan jiwa.
4. Tidak ada pekerjaan.
5. Berpeluk tubuh dari amal.
6. Tidak menunaikan kewajiban.
7. Tidak menjalankan tugas-tugas dakwah yang berbagai bentuk.
8. Terbiasa menikmati suasana santai.
9. Berlepas diri dari usaha memikul beban dan tanggungjawab.

Semua perkara-perkara di atas merupakan gejala penyakit yang jika menimpa para aktivis di medan dakwah dan harakah, niscaya ia memberi kesan yang boleh mematikan kecuali jika segera:
a. Mendapatkan semula kebangkitan hati.
b. Mengambil pelajaran dari suatu peringatan.
c. Mengambil manfaat dari suatu nasihat.
d. Mendapatkan rahmat, petunjuk dan taufiq dari Allah swt.

Berdasarkan pengalaman dan interaksi para pendakwah, kelihatan di sana sejumlah faktor yang memberi saham kepada timbulnya penyakit-penyakit di atas seperti berikut :
1. Menurunnya tingkatan keikhlasan dan menyusupnya niat yang tidak baik.
2. Ada masalah pada unsur-unsur pemahaman.
3. Tidak mengetahui jati diri dakwah dan harakah.
4. Melayan berbagai godaan dunia dan mengejar segala kemilaunya yang palsu.
5. Melupakan matlamat atau menyeleweng dan lalai darinya.
6. Putus asa, kecewa dan meramalkan keburukan.
7. Terawang-awang dan mempunyai sasaran yang tidak jelas.
8. Tidak interaktif dengan proses tarbawi.
9. Menghilangnya akhlak yang menjadi tuntutan marhalah seperti : tsabat, sabar, tsiqah, tajarrud, tadhhiyah dan lain-lainnya.
10. Lemahnya rasa tanggungjawab.
11. Merasa panjang perjalanan dakwah yang mesti ditempuhi.
12. Hilang semangat dan terpadam keinginan untuk beramal.
13. Keliru terhadap tingkatan keutamaan, jika adapun, dakwah ditempatkan pada tingkatan keutamaan yang paling akhir.
14. Berkaratnya sisi ruhani, tarbawi dan keimanan serta rosaknya komitmen.
15. Kebuntuan selera untuk beramal serta tidak merasakan kelazatan untuk mengerahkan susah payah di jalan Allah.
16. Hilangnya citarasa berpenat lelah dan bersungguh-sungguh dalam beramal di berbagai medan dakwah.
17. Kehilangan rasa intima' (penggabungan) kepada dakwah dan harakah dan semakin nipisnya unsur-unsur wala' kepadanya.
18. Tertutupnya bentuk kemulian kepada manhaj dakwah dan dinginnya rasa ghairah terhadapnya.
19. Lemahnya immuniti fikrah, keimanan dan tarbiyah.

Semua faktor-faktor di atas mendorong seseorang untuk bersikap :
a. Berpeluk tubuh.
b. Menarik diri.
c. Menjauhkan diri dari lapangan amal.
d. Mencipta berbagai alasan.

Oleh kerana itu, seseorang yang dijangkiti penyakit-penyakit seperti ini akan menjadi beban berat kepada dakwah dan harakah. Akibat berikutnya adalah dakwah semakin merintih kerana memikul bebannya dan menyeretnya, padahal sepatutnya merekalah orang-orang yang semestinya memikul dakwah serta membawanya kepada cakrawala masa depan yang lebih luas.

Jika penyakit pengangguran dari dakwah dan harakah ini tersebar, maka akan muncullah ribuan perilaku-perilaku yang rendah, samada dalam skala perseorangan atau jamaah kerana :
1. Barisan yang di dalamnya tersebar pengangguran, maka akan banyak berlakunya kekacauan.
2. Rumah yang kosong akan banyak terdengar suara kebisingan."

Maka hendaklah para pembawa panji dakwah dan harakah tidak berhenti di tengah jalan.

Jangan pula semangatnya menjadi dingin dan keberkesanannya padam setiap kali berhembusnya angin keputusasaan.

Jangan pula harakahnya lumpuh, jalannya terhenti dan arahnya berubah ketika bertiup badai fitnah kerana mereka mengetahui bahwa :

"Sifat mulia biasanya terkait dengan perkara-perkara yang tidak disukai oleh jiwa dan kebahagiaan tidak dapat dicapai kecuali melalui jambatan kesulitan dan semua ini tidak akan menghantarkan untuk mencapainya kecuali menggunakan kapal keseriusan dan kesungguhan. "

Ketiadaan kegiatan bagi pasukan infantri adalah kelalaian.

Di antara penghancur tekad adalah :
a. Mimpi yang terlalu jauh.
b. Kesenangan bersantai-santai.

Angan-angan hendaklah diiringi oleh amal, jika tidak, ia hanyalah sekadar mimpi yang kembali kepada pemiliknya.

Suatu hari Hasan Al-Bashri melihat seorang pemuda yang bermain-main dengan batu kecil sambil berdoa :
"Ya Allah, nikahkan aku dengan bidadari".

Maka Hasan berkata :
"Kamu adalah pelamar yang paling buruk kerana melamar bidadari dengan modal mainan berupa batu kecil!"

Begitu juga dengan kita, tidak mungkin kita melamar cinta kasih :
a. Tamkin (penegakan agama).
b. Taghyir (perubahan).
c. Ishlah (pembaikan).

sementara kita bermain-main dengan sesuatu yang lebih rendah dari batu kecil manakala diri kita pula adalah para penganggur, bermalas-malasan dan cukup menjadi penonton kerana seorang pelamar mestilah membawa mahar.

"Siapa yang meminang wanita cantik, maka ia tidak mempedulikan mahalnya mahar."

Imam Hasan Al-Banna juga pernah menyatakan bahwa :
"Saya dapat membayangkan seorang mujahid adalah seseorang yang :
1. Menyiapkan segala yang diperlukannya.
2. Membawa yang diperlukannya.
3. Niat jihad telah memenuhi seluruh jiwa dan hatinya.
4. Sentiasa dalam keadaan berfikir.
5. Memberi perhatian besar.
6. Sentiasa dalam kedudukan bersiap siaga.
7. Jika diundang, ia memenuhi.
8. Jika dipanggil, ia menyambut.
9. Paginya, petangnya, pembicaraannya, perbualannya, kesungguhannya dan kerehatannya tidak melampaui medan yang ia telah persiapkan dirinya untuknya dan ia tidak mengambil selain fungsi yang sesuai dengan kehidupan dan kehendaknya.
10. Ruh jihad fi sabilillah dapat dibaca dari garis-garis wajahnya, nampak dalam kilauan sinar matanya dan terdengar dari kenyataan lisannya sesuatu yang menggambarkan betapa besar gelora yang ada dalam hatinya, gelora yang sentiasa wujud, menjadi duka hatinya yang terpendam.
11. Ruh jihadnya juga terbaca dari jiwanya yang bertekad membaja, semangat tinggi dan cita-cita yang jauh.

Itulah peribadi mujahid, secara individu mahupun bangsa. Engkau dapat :
a. Melihatnya secara jelas pada suatu bangsa yang menyiapkan dirinya untuk berjihad.
b. Nampak pada forum-forum dan kelab-kelabnya.
c. Nampak di pasar dan di jalan.
d. Terasa di sekolah dan di rumah.
e. Terlihat pada generasi muda dan tua, lelaki dan wanita sehingga engkau membayangkan bahwa semua tempat merupakan medan dan setiap gerakan adalah jihad.

Saya dapat membayangkan perkara ini kerana jihad merupakan buah dari :
1. Pemahaman yang melahirkan perasaan dan menghilangkan kelalaian.
2. Perasaan yang membangkitkan perhatian.
3. Perhatian yang memberi impak kepada jihad dan amal.

Manakala masing-masing mempunyai kesan dan penampilan.

Adapun mujahid yang :
a. Tidur sekenyang-kenyangnya.
b. Makan sepuas-puasnya.
c. Tertawa sekuat-kuatnya.
d. Menghabiskan waktu untuk bermain-main.

Maka bagaimana mungkin mereka termasuk orang yang beruntung atau terhitung dalam
barisan mujahidin?!"

Umat yang berpandangan bahwa peranannya dalam berjihad hanyalah :
1. Kata-kata yang diucapkan.
2. Makalah yang ditulis.

Lalu jika hati mereka diperiksa ternyata kosong, saat diuji, perhatiannya melencong, tenggelam dalam kelalaian dan tidur yang nyenyak, maka tempat, forum dan kelab mereka tidak ditemui selain perkara-perkara yang tidak berguna, ketidakseriusan, main-main, hiburan dan menghabiskan waktu tanpa apa-apa manfaat.

Seluruh perhatian perseorangannya hanyalah :
a. Kesenangan yang fana.
b. Kelazatan semu.
c. Bersantai-santai.
d. Bersenang-senang.

Maka umat yang seperti ini lebih dekat kepada main-main daripada serius malah mungkin mereka tidak mengenal keseriusan sama sekali.

Jadi, pengangguran adalah jalan kepada kemuflisan.

Sementara kepeloporan, kepimpinan dan ketokohan tidak dapat diraih kecuali dengan keseriusan dan kesungguhan dan tidak dapat dicapai kecuali dengan segudang pengorbanan.

Perkara ini terbukti secara praktikal sepanjang sejarah dan seorang aktivis dakwah dan harakah semestinya merupakan sebahagian dari mata rantai para nabi, rasul, sahabat, tabiin, ulama' dan pendakwah yang beramal.

Oleh kerananya, ia tidak akan mendapatkan kehormatan sebagai anggota dan diberi kad keanggotaan kecuali jika ia telah membayar maharnya.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah lebih berterus terang kerana ia memandang seseorang yang mengaku menjadi sebahagian dari mata rantai mulia ini tanpa memberi bukti sebagai bentuk ketinggian tekad.

Beliau berkata :
"Wahai seseorang yang bertekad tinggi, di manakah kamu berada?

Sementara jalan yang akan kamu tempuhi adalah jalan di mana :

1. Nabi Adam telah berpenat lelah.
2. Nabi Nuh telah kehabisan suara.
3. Nabi Ibrahim telah dilemparkan ke dalam api.
4. Nabi Ismail telah dibaringkan untuk disembelih.
5. Nabi Yusuf telah dijual murah dan mendekam beberapa tahun dalam penjara.
6. Nabi Zakaria telah digergaji.
7. Nabi Yahya telah disembelih.
8. Nabi Ayyub telah menderita.
9. Nabi Daud telah melebihi kadar dalam menangis.
10. Nabi Isa telah berjalan sendirian.
11. Nabi kita Muhammad saw telah bergelut dengan berbagai kemiskinan, kesukaran
dan berbagai kesakitan.

Sedangkan engkau berbangga dengan perkara-perkara yang tidak berguna dan
main-main??! !"


Ya Allah, sesungguhnya tugas dakwah merupakan tugas yang amat berat namun inilah tugas yang telah Engkau amanahkan kepada semua para utusanMu. Permudahkanlah urusan ini kerana kami hanya mampu berusaha melaksanakannya sementara petunjuk dan hidayah berada di dalam gengamanMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

sumber : email

[+/-] Read more...

Graduan Universiti Ramadhan


Ramadhan telah memisahkan dirinya dengan kita. Sungguh, terasa begitu cepat hari-hari Ramadhan telah berlalu.

Perlumbaan amal kebaikan kita dengan Ramadhan nampaknya tidak seimbang.

Ramadhan menghadirkan berbagai kemuliaan, keistimewaan dan keutamaan belum benar-benar terkejar secara optimum kerana kekurangan dan kesibukan duniawi kita sehingga Ramadhan belum dapat kita taklukkan sepenuhnya.

Sepatutnya hari-hari akhir Ramadhanlah yang perlu kita tebus dengan :

1. Kesungguhan berlipat kali ganda.
2. Konsentrasi ibadah.
3. I'tikaf qalbu, fizikal dan fikiran hanya kepada Allah swt.

sehingga ketika Ramadhan memisahkan dirinya dengan kita, kita berbahagia, sekaligus terharu, kerana kita telah memanfaatkannya dengan sekuat kemampuan kita dan akhirnya kita keluar menjadi "Graduan Universiti Ramadhan".

Bagaimanakah model Graduan Universiti Ramadhan?

Sebelum menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita renungkan beberapa model graduan "puasa" haiwan-haiwan di sekitar kita.

Sebagai contoh : ular, ayam dan ulat.

1. Puasa Ular

Haiwan ular mempunyai keunikan, merubah diri menjadi muda, berkulit baru dan semua serba baru. Ternyata perubahan itu di mulai dari proses panjang "puasa" atau tidak makan selama hampir satu tahun.

Dalam rentang waktu yang panjang itu, ular tidak makan sama sekali sehingga tubuhnya semakin mengecil dan akhirnya ular keluar dari kulit lamanya, menjelma menjadi ular baru dengan serba baru.

2. Puasa Ayam

Haiwan ayam, ketika bertelur dan mahu memiliki anak, ia mengeram. Dalam rentang waktu kurang lebih tiga minggu, ayam mengeram telurnya tanpa makan dan minum. Sampai-sampai mulut ayam sentiasa menganga dan mengeluarkan suara.

Apa yang berlaku setelah tiga minggu? Telur-telur itu menetas, dan Subhanallah! lahir anak-anak ayam yang cantik dan berwarna-warni.

3. Puasa Ulat

Haiwan ulat boleh dikatakan haiwan yang paling rakus di dunia ini. Ulat hidup hanya untuk makan, bukan makan untuk hidup. Tidurnya pun makan sehingga warna tubuhnya nyaris menyatu dengan warna yang ia makan. Semua orang geli bahkan takut dengan ulat terutama kaum perempuan.

Namun, apa yang terjadi ketika si ulat memutuskan "puasa" berdiam diri dalam beberapa minggu, bulu-bulunya mulai tercabut, berubah menjadi kepompong. Dari kepompong menjelma seekor rama-rama yang cantik dan menawan.

Itulah model graduan "puasa" haiwan-haiwan yang melahirkan peribadi baru yang :

1. Lebih baik.
2. Mempesonakan.
3. Membawa manfaat.

Subhanallah!

Tentulah, "Universiti Ramadhan" mampu melahirkan dan meluluskan graduan-graduan manusia yang jauh lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya.

"Universiti Ramadhan" menggemblengkan kita untuk sepenuhnya mentaati segala peraturan.

Bayangkan makanan kita sendiri, halal, namun di siang hari haram untuk kita santap, dan kita taat perintah itu.

Bagaimana dengan makanan yang jelas-jelas haram atau syubhat yang bersepah di sekitar kita di luar Ramadhan?

Ada sebuah pesanan yang menarik untuk direnungkan:

"Ramadhan, perangi rasuah" atau "Ramadhan, jauhi rasuah". Tapi ini bukanlah bermakna di luar Ramadhan praktik rasuah tetap bermaharajalela!?

Berhubungan dengan suami-isteri adalah dianjurkan dan halal, namun di siang hari Ramadhan menjadi haram melakukannya. Kita taat perintah Allah swt ini dan kita mampu. Dengan yang demikian, kita akan berasa takut untuk berbuat zina dan perbuatan yang tidak bermoral lainnya bila pun dan di mana pun, kerana taat peraturan Allah swt.

"Universiti Ramadhan" mencipta suasana kita untuk menjaga telinga, mata dan hati.

1. Menjaga telinga dari mendengarkan gosip, fitnah dan sesuatu yang tidak berguna.

2. Menjaga mata untuk tidak melencong kepada yang tidak dihalalkan atau melihat yang tidak diperbolehkan.

3. Menjaga hati untuk tidak berdendam, dengki, berprasangka buruk dan gundah gulana, apalagi putus asa.

4. Menjaga lisan untuk tidak menyebar fitnah murahan, adu domba dan menghina orang lain.

Ini adalah kerana Ramadhan mengajarkan kepada kita agar bukan sahaja berpuasa dari makan-minum dan hubungan suami-isteri di siang hari sahaja, jauh lebih dari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini:

"Kamu berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan berteriak, dan jika ada salah seorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar (berkelahi) maka katakanlah; sesungguhnya aku sedang berpuasa…" (HR Bukhari)

"Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum sahaja, namun puasa itu adalah menahan diri dari senda gurau dan kata-kata kotor, jika ada seseorang mencelamu atau menyakitimu, maka katakanlah kepadanya: Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa." (Hakim dan disahihkan oleh Al-Albani).

"Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dosa dan dia melakukannya, maka Allah tidak memerlukan dia untuk meninggalkan makan dan minum." (HR Bukhari)

"Betapa ramai orang yang berpuasa, tidak mendapatkan pahala dari puasa kecuali hanya dahaga, dan betapa ramai orang yang melakukan qiyam (solat tarawih) tidak mendapatkan pahala qiyam kecuali letih sahaja." (HR Ad-Darimi dan Al-Albani berkata: Isnadnya Jayyid)

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa puasa tidak diterima jika diiringi dengan perkataan dan tindakan dosa.

Sedarilah, bahwa kerugian besar bagi orang yang tidak mampu membawa jiwanya berpuasa dari dosa-dosa.

Ingatlah, jika kita merasa haus saat berpuasa, maka haus yang sebenarnya adalah rasa dahaga pada hari kiamat pada ketika itu orang merasa rugi dan menyesal.

Oleh kerana itu hendaknya kita :

1. Menjaga tubuh kita dari kemaksiatan.
2. Menguatkan akal kita untuk tidak berfikir kecuali taat kepada Allah.
3. Tidak membawa hati kecuali pada kebaikan kaum muslimin dan muslimat.
4. Menempatkan kedua mata atau kedua telinga atau lisan dengan apa yang dicintai Allah swt.

Ramadhan menggembleng kita untuk menjadi manusia baru kerana mata, telinga, lisan, kemaluan, hati dan perut serta anggota tubuh kita yang lain menjelma menjadi fitri iaitu suci dan lebih taat kepada pemiliknya, Allah swt.

“Muttaqien”, itulah gelaran "Graduan Universiti Ramadhan" iaitu gelaran tertinggi dan paling terhormat dan sebuah gelaran yang Allah swt sematkan kepada orang-orang yang benar puasanya.

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS Al Baqarah : 183)

Oleh itu kita tidak boleh menjadi hamba Ramadhani, namun perlu menjadi hamba Rabbani.

Maka sudah tentu ciri-ciri “Muttaqien” mesti melekat dalam diri kita, di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan.

Di antara ciri-ciri itu adalah sebagaimana yang difirmankan Allah swt :

"Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (iaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Al Baqarah : 2-5)

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (QS
Ali Imran : 133-136)

"Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS Al Qashash : 83)

"Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa (disediakan) syurga-syurga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya." (QS Al Qalam : 34)

"Graduan Universiti Ramadhan" menjadi peribadi baru atau peribadi fitri sehingga:

1. Tidak ada lagi orang yang menjual hutan yang sepatutnya harus dilindungi dan dimanfaatkan sebesar-besar untuk rakyat.

2. Tidak ada lagi yang makan wang rakyat kerana rakyat sudah sangat susah hidupnya.

3. Tidak ada lagi yang terlibat dengan aktiviti tidak bermoral seperti berzina dan membuang bayi kerana ianya adalah penyakit masyarakat yang dikutuk.

4. Tidak ada lagi saling fitnah memfitnah, adu domba, memecah belah umat hanya gara-gara kepentingan sebentar selama mana ada kekuasaan atau jawatan.

Semoga kita menjadi sebahagian dari "Graduan Universiti Ramadhan" yang berjaya, iaitu menjadi peribadi yang ciri-ciri ketaqwaannya sentiasa melekat dalam diri kita, menjadi lebih baik, di bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan.

Ya Allah, jadikanlah kami Graduan-Graduan Universiti Ramadhan yang bukan sahaja mendapat sijil atau gelaran "Muttaqien" bahkan mampu merealisasikan pendidikan yang telah diperolehi sepanjang semesta Ramadhan untuk dilaksanakan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Ameen Ya Rabbal Alameen

[+/-] Read more...

Selamat jalan, sahabatku....

Dari Allah kita datang kepadaNya kita akan kembali.
Sahabatku, masamu telah tiba, masaku entah bilakan pula...

Kali terakhirku bertemu denganmu saat kau masih belum bergelar isteri
Kau ceria memintaku kongsi pelbagai nasihat dan tips
Semalam saat bertemu denganmu wajahmu tenang
Tiada lagi senyuman dan tawa gembira darimu

Kali terakhir berhubung denganmu
Kau mengadu mengalami morning sickness tapi kita cuma dapat berbicara di ruangan chat
Semalam, kau hanya terbujur kaku tidak membalas ciumanku di pipimu

Teringin sekali terus duduk di sisimu menatap wajahmu
Namun ku tak mampu menahan sebak di dada
Ku tak mahu air mataku membasahi wajah sucimu
Ku tak mahu jiwamu sesak mendengar tangis senduku

Sesekali fikiran jahat menusuk kalbu
Kalaulah aku sempat hubungi dirimu sebelum ini
Kalaulah aku pergi ke program yang sepatutnya aku pergi
Tentu aku dapat berbual denganmu
Entah bagaimana dirimu setelah bergelar isteri agaknya
Masih comel, manja dan keanak-anakan
Atau sudah berubah menjadi seorang yang serius

Astagghfirullah al-azim
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik buatku dan buatmu
Aku tak punya memori terkini denganmu
Yang ada hanya kenangan silam

"Masa kita baru masuk, awak selalu ajak saya turun surau, sekarang ni awak pula yang dah takde"
Aku masih ingat teguranmu suatu ketika dulu
Kata-katamu kutepis dengan pelbagai alasan
Saat itu aku hanyut dalam permainan dunia
Aku leka dalam alam yang sementara

Sehinggalah kau kembali membuka mataku dengan izin Allah
Melalui mukaddimah yang kau sampaikan pada suatu ramadhan
Akhirnya aku bangun dari lena yang panjang
Dan kita sama-sama menyelusuri jalan ini

Ukhtiku
Kuyakini, pemergianmu bukan sahaja ditangisi sahabat dan keluarga
Malah seluruh umat Islam merasai kehilangan seorang pejuang shahadah
Dirimu yang berjiwa kental dan tidak mudah putus asa

Semalam saatku berehat di rumah makcikmu bersama Muadz
Tiba-tiba kuterpandang dirimu sedang tersenyum
Aku hampir memanggil namamu dan menerpamu
Namun segera beristighfar, itu hanyalah sepupumu
Mirip benar senyumannya dengan senyumanmu

Entah bagaimana perasaan ibu bapamu
Yang terpaksa memulangkan semula satu-satunya anak perempuannya
Entah apa perasaan adik lelakimu
Yang kini terpaksa menjadi anak tunggal
Entah bagaimana perasaan suamimu
Yang jarang bertemu denganmu, kini terpaksa berpisah selamanya denganmu dan anak dalam kandunganmu

Sahabatku
Kau mengingatkan kami bahawa maut tidak mengenal usia
Maut tidak mengenal siapa
Kerana semuanya telah tercatat

Sahabatku
Semoga rohmu ditempatkan bersama orang-orang soleh
Semoga amal solehmu membantumu di dalam kubur

"Dan setiap ummat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun" (7:34)

[+/-] Read more...